Muara Teweh, radar istana Pada saat pemerintahan serius melakukan upaya untuk menekan dan memutus rantai penyebaran Covid19, salah satu u...
Muara Teweh, radar istana
Pada saat pemerintahan serius melakukan upaya untuk menekan dan memutus rantai penyebaran Covid19, salah satu upaya yang dilakukan adalah melarang warga untuk berkumpul dan melakukan Protokol Covid19.
Satpol PP salah satu unsur pemerintah yang masuk dalam satgas Covid19. Namun apa dampak bilang Satpol PP yang diharapkan mampu menertibkan Cafe Remang remang dan dugaan prostitusi terselubung justru terkesan dibiarkan bahkan ada desas desus bahwa topi salah satu oknum pejabat Satpol PP ketinggalan di salah satu cafe di merong ada apa?
Penerapan Vaksinasi upaya penekanan Covid-19 Pemerintah Daerah (Pemda) di Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, Patroli Satpol PP akan hanya jalan-jalan saja di tempat bila salah satu unsur pemerintah tidak ikut serius mendukung kebijakan nya sendiri sebab Satpol PP masuk dalam satgas Covid19 Kab. Barito Utara.
Pada beberapa minggu yang lalu, puluhan media Online sudah beberapa kali menaikkan berita terkait kebisingan yang dilakukan Cafe Live Musik terbuka dengan menggunakan alat Ben sehingga mengganggu ketenangan warga sekitar salah satunya Cafe Nyantui yang berada di jalur Jalan Taman Rekreasi Remaja RT. 17 RW. 5. Kel. Lanjas yang hingga sekarang masih buka walaupun telah beberapa kali di kunjungi patroli dari Tim Gabungan, namun belum ada tindakan tegas untuk penertiban cafe tersebut. Ada apa?
Pada Sabtu malam atau malam minggu, 15/1/2022, Gabungan awak media online IWO dan AJV kembali melakukan investigasi untuk yang kesekian kalinya ke Lokalisasi Lembah Durian (Merong) ironisnya ternyata sudah lama buka. Ada apa?
Salah satu wanita muda berparas lumayan yang tidak disebutkan namanya kepada awak media mengaku bekerja sebagai PSK.
"Saya dan kawan sudah 5 bulan di sini rejekinya dari tamu pengunjung lumayan aja pak sebab bisa tiap malam buka, dari pada di Palangka Raya dulu saat Lokdown sepi sekali pak, katanya mewakili 4 orang temanya yang sekalian tinggal di salah satu wisma yang ada di Lembah Durian. Ada beberapa wisma yang telah buka. Bahkan pukul 11.00 WIB masih ramai di kunjungi para lelaki hidung belang.
Pada malam tersebut awak media kembali menyaksikan adanya sarana mobil Satpol PP. Beberapa awak media juga menghampiri 2 orang anggota Satpol PP yang terlihat sedang santai menikmati dentuman musik dari dalam wisma. Mereka hanya duduk santai di depan pintu wisma seolah telah memberikan ijin kepada puluhan wisma yang ada di merong.
"Sampean udah lama kah disini pak, sampean dalam tugaskah..? Tanya awak media kepada oknum pejabat Satpol PP Kab. Barito Utara.
Dua 2 orang anggota yang seharusnya menertibkan kegiatan wisma yang telah resmi ditutup terlihat grogi karena tidak menyangka kedatangan puluhan awak media.
Salah satu oknum Satpol PP menjawab "Kami Patroli.
Apakah Lokalisasi ini sudah diperbolehkan buka pak?
Satpol PP lagi Menjawab, "Kalau Karaokenya mungkin karena mereka ada ijinyanya"
Anehnya pernyataan oknum satpol PP tersebut langsung dibantah oleh rekannya sendiri. Ternyata pernyataan ada ijinya terkesan membela pengelola wisma yang tak mengantongi ijin.
"Nggak ada ijinya pak, nggak ada. Terang temanya." Tukas rekannya yang duduk disebelahnya
Kenapa bisa buka tanpa ijin?
"Yang ditutupkan prostitusi kalau karoke boleh saja buka" jawab oknum satpol PP.
Awak media sudah mendapatkan informasi di wisma yang ada di merong juga melakujan prostitusi
Selaku Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Barito Utara, Hison membeberkan keheranannya atas kinerja Satpol PP Barut.
"Saya heran dengan kinerja Pengawasan Pemeritah Daerah melalui Satpol PP, jangankan menertipkan Live Cafe Music terbuka tanpa ijin, Lokalisasi Merong yang sudah jelas di tutup seperti bohong-bohongan aja berarti BBM dan pengadaan sarana mobilisasi Satpol PP Cuma buat Patroli jalan-jalan karena kalau mereka benar menjalankan tugas semestinya hasil Patroli jelas ada laporanya supaya menjadi evaluasi untuk penertipan dan kekondusifan kota muara teweh yang kita cintai ini." Bebernya heran.
"Semua anggota IWO ini asli putra daerah, sampai ke lobang tikuspun semua kami ketahui namun yang kami jalankan selama ini masih banyak toleransi, jika kami mau bongkar masih banyak hal-hal lain yang belum sesuai." Kata Hison kesal sembari menambahkan bila Satpol PP Barut tidak bisa menertibkan kegiatan di merong, kami minta Kapolda Kalteng Turun Tangan.
'Bila Satpol PP Barut tidak bisa menertibkan kegiatan di merong, kami minta Kapolda Kalteng Turun Tangan. Sebab peredaran miras golongan ABC juga ada disitu. Mana ijinya? Siapa beking dibelakang ini semua?" Ujar Hison penuh tanya.
Dikatahui, Merong atau (Lembah Durian) sebelumnya sudah di tutup secara resmi pada Tahun 2019, Dengan Perubahan Peraturan Bupati Barito Utara Nomor 31 Tahun 2018 bahkan dengan menelan anggaran ratusan juta rupiah termasuk untuk memulangkan para perempuan yang berprofesi sebagai PSK ketempat asal mereka masing-masing, tapi setelah itu pengawasanya hanya dengan Patroli Jalan-Jalan aja. Tutup Hison.
Ada apa?
Biar lah Oknum Satpol PP yang merenungkannya. Kalau tidak, masihkan Polres Barut bisa menancapkan Taji Hukum Tegas?
Menurut Seorang Tokoh Masyarakat Selaku Anggota DPRD Dr. H. Tajeri SH MM Sudah mengompirmasi dengan Dinas penanaman modal dan perijinan terpadu, ada ijin atau tidak, karena masalah prostitusi ditutup langsung perintah Presiden melalui Kementerian Sosial, karena saya pernah menghadap Dirjennya di Jakarta, makanya merong ditutup. Terangnya (Tim)
COMMENTS